Jalak Bali ( Leucopsar rothschildi ), dengan bulu putih bersih, jambul tegak yang khas, dan garis biru cerah di sekitar mata, memang pantas menyandang julukan “burung surga”. Endemik Pulau Bali, spesies yang menawan ini sayangnya berstatus kritis dan menjadi simbol penting upaya konservasi di Indonesia. Mengenal lebih dekat Jalak Bali berarti memahami keunikan fisik, perilaku, habitat, dan ancaman yang dihadapinya.
Ciri paling mencolok dari Jalak Bali adalah warna putih di hampir seluruh tubuhnya, kecuali ujung ekor dan sayap yang berwarna hitam. Jambul putih yang dimiliki oleh kedua jenis kelamin menambah keanggunannya. Suara kicauannya yang merdu dan bervariasi juga menjadi daya tarik tersendiri. Di alam liar, Jalak Bali menghuni kawasan hutan dataran rendah dan savana, terutama di bagian barat Pulau Bali. Mereka mencari makan berupa serangga, buah-buahan kecil, dan biji-bijian.
Sayangnya, populasi Jalak Bali di alam liar terus menurun drastis akibat perburuan liar untuk perdagangan ilegal dan hilangnya habitat akibat alih fungsi lahan. Upaya konservasi yang intensif dilakukan melalui program penangkaran, pelepasliaran ke alam, dan perlindungan habitat. Keberhasilan konservasi Jalak sangat bergantung pada kesadaran masyarakat dan penegakan hukum yang tegas.
Menyaksikan Jalak secara langsung, baik di penangkaran maupun jika beruntung di alam liar, adalah pengalaman yang tak terlupakan. Keindahannya yang memukau mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Mari kita bersama-sama berperan aktif dalam melestarikan “burung surga” ini agar tetap lestari di habitat aslinya.
Keunikan perilaku sosial Jalak juga menarik untuk diamati. Mereka umumnya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Proses perkembangbiakannya melibatkan pembuatan sarang di lubang pohon atau tempat tersembunyi lainnya. Kedua induk berperan aktif dalam mengerami telur dan merawat anak-anaknya hingga mandiri.
Upaya konservasi Jalak melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, hingga masyarakat lokal. Program penangkaran yang terkelola dengan baik bertujuan untuk meningkatkan populasi dan menyediakan individu untuk pelepasliaran. Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian dan bahaya perburuan liar juga menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.