Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memiliki kekayaan tradisi yang unik dan menarik, salah satunya adalah karapan kerbau. Bukan sekadar perlombaan adu cepat, karapan kerbau di Lumajang menyuguhkan pemandangan yang memukau dengan kerbau-kerbau yang dihias indah dan joki-joki yang penuh semangat memacu hewan peliharaannya di lintasan sawah yang berlumpur. Suasana keseruan dan kegembiraan selalu mewarnai setiap gelaran karapan kerbau ini.
Tradisi karapan kerbau di Lumajang diperkirakan telah ada sejak lama dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat agraris setempat. Selain sebagai ajang hiburan, karapan juga memiliki nilai sosial dan budaya yang mendalam. Kegiatan ini seringkali menjadi momen silaturahmi antar warga desa, sekaligus menjadi wadah untuk melestarikan tradisi dan kearifan lokal. Para pemilik kerbau berlomba-lomba untuk menampilkan kerbau terbaik mereka, baik dari segi kecepatan maupun hiasan yang dikenakan.
Gelaran karapan biasanya diadakan setelah musim panen padi, sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah. Lokasi perlombaan umumnya adalah area persawahan yang telah disiapkan khusus dengan lintasan lurus sepanjang beberapa puluh meter. Kerbau-kerbau yang akan berlaga dihias dengan berbagai ornamen warna-warni, seperti kain, bunga, dan lonceng, menambah semarak suasana. Para joki, dengan pakaian tradisional, berdiri di atas alat kayu yang ditarik oleh sepasang kerbau dan berusaha mengendalikan hewan-hewan tersebut agar melaju secepat mungkin menuju garis finish.
Sorak sorai penonton yang memadati pinggir sawah menambah riuh suasana karapan kerbau. Mereka memberikan semangat kepada para joki dan kerbau andalannya. Tak jarang, insiden lucu seperti joki terjatuh atau kerbau yang keluar jalur juga mewarnai perlombaan, menambah keseruan bagi para penonton. Karapan kerbau di Lumajang bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga sebuah perayaan budaya yang hidup dan terus dilestarikan oleh masyarakat setempat. Keunikan tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menyaksikan kekayaan budaya Indonesia yang otentik. Biasanya, acara ini digelar pada hari Minggu di area persawahan Desa Jatirejo, Kecamatan Kunir, Lumajang, setelah musim panen kedua sekitar bulan September atau Oktober. Namun, jadwal pastinya dapat berubah setiap tahun.